KATA
PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang
sangat pantas penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang karena bimbingan-Nya maka
penulis bisa menyelesaikan sebuah karya tulis Manajemen Lembaga Pendidikan
Islam berjudul ” Kurikulum Lembaga
Pendidikan Islam”
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dalam
jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan karya yang bisa
dipertanggungjawabkan hasilnya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait
yang telah membantu kami dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan
makalah ini. Kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karna itu kami mengundang pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan
sumbangsih positif bagi kita semua
Kuta
Cane, Desember 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………. 1
DAFTAR ISI …………………...……………………………………….…………… 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
………………...………………………………….………………. 3
B. Rumusan Masalah ……………………..………………………………………….. 3
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan…....……………………………………………,…. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum Lembaga Pendidikan Islam
………….....………......….…. 5
B. Konsep Kurikulum Lembaga Pendidikan Islam ……..………...............…....….… 6
C. Manajemen atau Pengelolaan pada Lembaga
Pendidikan Islam…..………............ 8
D. Perencanaan Program Lembaga Pendidikan Islam
………………….………...….. 9
BAB III KESIMPULAN ………………………..………………………….........… 14
DAFTAR PUSTAKA
.............................................................................................,.. 16
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah awal
perkembangan Islam, pendidikan Islam yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW
adalah merupakan upaya pembebasan
manusia dari belenggu akidah sesat yang dianut oleh kelompok Quraisy dan
upaya pembebasan manusia dari segala bentuk penindasan suatu kelompok terhadap
kelompok lain yang dipandang rendah status sosialnya.
Seiring dengan semakin
pesatnya perkembangain ilmu pengetahuan dari berbagai macam disipilin ilmu,
maka semakin banyak pula tokoh-tokoh pemerhati ilmu yang juga mulai mencari
formula yang tepat untuk memajukan ilmu yang dipelajari. Mulai dari munculnya
lembaga-lembaga pendidikan yang sengaja didirikan untuk menampung semakin
banyaknya siswa/murid yang ingin belajar. Ini ditandai dengan munculnya
lelmbaga-lembaga pendidikan baik formal atau non formal yang sengaja didirikan
untuk mempalajari disiplin ilmu tertentu, misalnya lemmbaga yang khusus
menangani ilmu agama dan lembaga yang juga khusus menangani ilmu umum tetapi
ada juga lembaga yang didirikan untuk melahirkan ilmuan-ilmuan yang mahir tidak
hanya dibidang agama tapi juga mumpuni di bidang iptek.
Perkembangan terhadap
perkembangan ilmu agama dan tehnologi inilah yang kemudian lahir krikulum agama
dan umum, ada juga yang memadupadankan keduanya. Sehingga muncul istilah
madrasah dan sekolah. Pada umumnya lembaga pendidikan Islam sebelum masa
periode madrasah atau disebut juga masa klasik, diklasifikasikan atas dasar
muatan kurikulum yang diajarkan. Dalam hal ini kurkulumnya meliputi pengetahuan
agama dan pengetahuan umum. Atas dasar ini lembaga pendidikan Islam dimasa
klasik menurut Charles Michael Stantom digolongkan kedalam 2 bentuk, yaitu
lembaga pendidikan formal dan non formal, dimana yang pertama mengajarkan ilmu
pengetahuan agama dan yang kedua mengajarkan pengetahuan umum termasuk
filsafat. Sedangkan pada sekolah umum kurikulum umum lebih dominan dibandingkan
dengan kurikulum agama. Atas dasar
inilah kemudian perlu membuat kurikulum yang bercirikan agama. Dan pada
lembaga-lembaga pendidikan tertentu pula yang me ngajarkan pendidikan agam
lebih dominan disbanding pengetahuan umum. Dan atas dasar itula penulis mencoba
membahasnya pada makalah ini dengan tema Kurikulum Lembaga Pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal
yang tertulis dalam latar belakang, maka penulis dalam hal ini akan merumuskan
permasalahan dalam beberapa pertanyaan.
1. Apa pengertian kurikulum lembaga pendidikan
Islam?
2. Bagaimana konsep kurikulum lembaga pendidikan dalam Islam?
3. Bagaimana Pengelolaan Kurikulum Lembaga
Pendidikan Islam?
4. Bagaimana Format Lenbaga Pendidikan Islam?
5. Bagaimana Perencanaan Program Lembaga
Pendidikan Islam?
C. Tujuan
Dengan berdasar kepada
poin-poin di atas, maka penulis mempunyai tujuan dalam penulisan makalah ini,
yaitu:
Mengetahui pengertian kurikulum lembaga pendidikan Islam
Memahami bagaimana konsep kurikulum lembaga dalam pendidikan Islam
Memahami bagaimana
Pengelolaan Kurikulum Lembaga Pendidikan Islam
Mengetahui Format
Kurikulum Lembaga Pendidikan Islam
Mengetahui bagaimana
Perencanaan Program Lembaga Pendidikan Islam
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum Lembaga Penndidikan
Islam
Kurikulum merupakan
salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan,
karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan
sekaligus sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Setiap pendidik
harus memahami perkembangan kurikulum, karena merupakan suatu formulasi
pedagogis yang paling penting dalam konteks pendidikan, dalam kurikulum akan
tergambar bagaimana usaha yang dilakukan membantu siswa dalam mengembangkan
potensinya berupa fisik, intelektual, emosional, dan sosial keagamaan dan lain
sebagainya.
Dengan memahami
kurikulum, para pendidik dapat memilih dan menentukan tujuan pembelajaran,
methode, tekhnik, media pengajaran, dan alat evaluasi pengajaran yang sesuai
dan tepat. Untuk itu, dalam melakukan kajian terhadap keberhasilan sistem
pendidikan ditentukan oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik,
intensitas pekerjaan yang realistis tinggi dan kurikulum yang tepat guna. Oleh
karena itu, sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan bidang
pendidikan Islam memahami kurikulum serta berusaha mengembangkannya.
Kurikulum dalam
pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang
yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka.[1] Selain itu, kurikulum juga
dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai pendidikan.[2] M. Arifin memandang kurikulum
sebagai seluruh bahan pelajaran yang harus disajikan dalam proses kependidikan
dalam suatu sistem institusional pendidikan.[3] S. Nasution menyatakan, ada
beberapa penafsiran lain tentang kurikulum. Diantaranya: Pertama, kurikulum
sebagai produk (hasil pengembangan kurikulum), Kedua, kurikulum sebagai hal-hal
yang diharapkan akan dipelajari oleh siswa (sikap, keterampilan tertentu), dan
Ketiga, kurikulum dipandang sebagai pengalaman siswa.[4]
Pengertian kurikulum
dalam pandangan modern merupakan program pendidikan yang disediakan oleh
sekolah yang tidak hanya sebatas bidang studi dan kegiatan belajarnya saja,
akan tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan
sehingga dapat meningkatkan mutu kehidupannya yang pelaksanaannya tidak hanya
di sekolah tetapi juga di luar sekolah.[5]
Jika diaplikasikan
dalam kurikulum lembaga pendidikan Islam, maka kurikulum berfungsi sebagai
pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah
tujuan tertinggi pendidikan Islam, melalui akumulasi sejumlah pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Dalam hal ini proses pendidikan Islam bukanlah suatu
proses yang dapat dilakukan secara serampangan, tetapi hendaknya mengacu kepada
konseptualisasi manusia paripurna (insan kamil) yang strateginya telah tersusun
secara sistematis dalam kurikulum pendidikan Islam.[6]
B. Konsep Kurikulum Lembaga Pendidikan Islam
a) Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Islam
Ciri-ciri umum
kurikulum pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
1) Agama dan akhlak merupakan tujuan utama.
Segala yang diajarkan dan di amalkan harus berdasarkan pada Al-Qur’an dan
As-Sunnah serta ijtihad para ulama.
2) Mempertahankan pengembangan dan
bimbingan terhadap semua aspek pribadi siswa dari segi intelektual, psikologi,
sosial, dan spiritual.
3) Adanya keseimbangan antara kandungan
kurikulum dan pengalaman serta kegiatan pengajaran.[7]
Oleh karena itu dapat
dikatakan, bahwa sebagai inti dari ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam adalah
kurikulum yang dapat memotivasi siswa untuk berakhlak atau berbudi pekerti
luhur, baik terhadap Tuhan, terhadap diri dan lingkungan sekitarnya berdasarkan
ketetapan Al qur’an, As sunnah serta
ijtihad para ulama’.
b) Dasar-Dasar Kurikulum Pendidikan Islam
Dasar-dasar kurikulum pendidikan
Islam antara lain adalah :
1) Dasar Agama
Kurikulum diharapkan
dapat menolong siswa dalam membina keimanan
yang lebih kuat, teguh terhadap ajaran agama, beraklak mulia dan
melengkapinya dengan ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat.
2) Dasar Falsafah
Pendidikan Islam harus
berdasarkan wahyu Allah SWT dan tuntunan
Nabi SAW serta warisan para ulama.
3) Dasar Psikologis
Kurikulum tersebut
harus sejalan dengan ciri perkembangan siswa, tahap kematangan dan semua segi
perkembangannya.
4) Dasar Sosial
Kurikulum diharapkan
turut serta dalam proses kemasyarakatan terhadap siswa, penyesuaian mereka
dengan lingkungannya, pengetahuan dan kemahiran mereka dalam membina umat dan
bangsanya.[8]
Prinsip Dasar
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam
Tentang prinsip-prinsip
umum yang menjadi dasar penyusunan kurikulum pendidikan Islam, diantaranya:
a) Prinsip relevansi adalah adanya kesesuaian
pendidikan dengan lingkungan hidup murid, relevansi dengan kehidupan masa
sekarang dan akan datang, dan relevansi dengan tuntutan pekerjaan.
b) Prinsip efektifitas
adalah agar kurikulum dapat menunjang efektifitas guru yang mengajar dan
peserta didik yang belajar.
c) Prinsip efisiensi adalah agar kurikulum dapat
mendayagunakan waktu, tenaga, dana, dan sumber lain secara cermat, tepat,
memadai dan dapat memenuhi harapan.
d) Prinsip
kesinambungan adalah saling hubungan dan jalin menjalin antara berbagai tingkat
dan jenis program pendidikan.
e) Prinsip fleksibilitas artinya ada semacam
ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan di dalam bertindak yang meliputi
fleksibilitas dalam memilih program pendidikan, mengembangkan program
pengajaran, serta tahap-tahap pengembangan kurikulum.
f) Prinsip integritas antara mata pelajaran,
pengalaman-pengalaman, dan aktivitas yang terkandung di dalam kurikulum, begitu
pula dengan pertautan antara kandungan kurikulum dengan kebutuhan murid dan
masyarakat.[9]
Pengembangan Kurikulum
Dari Berbagai Aspek
a) Aspek Materi
Diantara prinsip
pengembangan kurikulum ada prinsip relevansi yang ahrus menjadi pertimbangan
bagi penentuan suatu materi. Agar materi yang diberikan bermanfaat bagi
kehidupan anak didik, hendaknya materi tersebut harus sesuai dengan tuntutan
zaman, kesempurnaan jiwa anak didik tanpa melupakan esensi ajaran Islam itu
sendiri.
b) Aspek Tujuan
Dalam prinsip
pengembangan kurikulum hal ini sangat berkaitan dengan prinsip efektifitas.
Dengan semakin banyaknya tujuan yang harus dicapai, akan mendorong efektifitas
proses yang akan dilaksanakan. Sebagai suatu rancangan, tentu ada rencana yang
dapat tercapai. Dan sebaiknya tujuan yang akan dicapai harus jelas dan memang
benar-benar sesuai dengan segala komponen yang berpengaruh terhadap pendidikan
itu sendiri. Jangan sampai apa yang diajarkan dan proses pelaksanaannya sangat
berbeda dengan tujuan yang diharapkan.
c) Aspek Lembaga
Banyak orang
beranggapan bahwa mengelola lembaga pendidikan agama tidak perlu mendapat
perhatian dan penanganan khusus. Karena out-put-nya kurang dapat diandalkan
untuk berkompetensi dalam masyarakat jika dibanding out-put lembaga pendidikan
lain. Secara administratif, lembaga pendidikan Islam yang benar-benar
menerapkan manajemen pendidikan dengan baik sangat jarang sekali. Salah satu
hal yang sangat berkaitan dengan lembaga pendidikan adalah lingkungan
pendidikan yang menjadi salah satu sarana seorang anak dapat memperoleh
pendidikan dengan baik.[10]
C. Manajemen atau
Pengelolaan pada lembaga Pendidikan Islam
Dalam pandangan ajaran
Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur.
Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan
secara asal-asalan (Didin dan Hendri, 2003:1). Mulai dari urusan terkecil
seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti
mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat
dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa
diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif.
Pendidikan Agama Islam
dengan berbagai jalur, jenjang, dan bentuk yang ada seperti pada jalur
pendidikan formal ada jenjang pendidikan dasar yang berbentuk Madrasah
Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), jenjang pendidikan menengah ada
yang berbentuk Madrasah Alyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan pada
jenjang pendidikan tinggi terdapat begitu banyak Perguruan Tinggi Agama Islam
(PTAI) dengan berbagai bentuknya ada yang berbentuk Akademi, Sekolah Tinggi,
Institut, dan Universitas. Pada jalur pendidikan non formal seperti Kelompok
Bermain, Taman Penitipan Anak (TPA), Majelis Ta’lim, Pesantren dan Madrasah
Diniyah. Jalur Pendidikan Informal seperti pendidikan yang diselenggarakan di
dalam kelurarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Kesemuanya itu perlu pengelolaan atau manajemen yang sebaik-baiknya, sebab jika
tidak bukan hanya gambaran negatif tentang pendidikan Islam yang ada pada
masyarakat akan tetap melekat dan sulit dihilangkan bahkan mungkin Pendidikan
Islam yang hak itu akan hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi
yang berada di sekelilingnya, sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib
:”kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh
kebathilan yang tersusun rapi”.
Bila dimensi manajerial
dalam lembaga pendidikan Islam dikembangkan dalam kajian pendidikan, maka dalam
proses mempersiapkan generasi penerus estafet kekhalifahan yang sesuai dengan
nilai-nilai Ilahinya, pendidikan yang ditawarkan harus mampu mempersiapkandan
membentuk pribadi peserta didiknya dengan acuan nilai-nilai Ilahinya. Dengan
penanaman ini, akan menjadi panduan bagian dalam melaksanakan amanat Allah di
muka bumi. Kekosongan akan nilai-nilai ilahinya, akan mengakibatkan manusia
akan bebas kendali dan berbuat sekehendaknya. sikap yang demikian akan
berimplikasi timbulnya nilai egoistic yang bemuara kepada tumbuhnya sikap
angkuh dan sombong pada dri manusia. Sikap ini akan berbias kepada tumbuhnya
sikap memandang rendah orang lain.
Perencanaan dalam
lembaga pendidikan Islam bukan hanya diarahkan kepada kesempatan dan pencapaian
kepada kesempurnaan dan pencapaian kebahagiaan di dunia saja, tetapi diarahkan
pula pada kesempurnaan ukhrowi secara berimbang. Hal ini dapat difahami dari
firman Allah Swt. Dalam Q.S. Al-Baqoroh (2) : 201 yang artinya : ”Ya Tuhan kami
berilah kami kebahagiaan di dunia dan di akhirat, dan peliharalah kami dari
siksa neraka.”
Dalam manajemen
pendidikan Islam perencanaan itu meliputi :
1. Penentuan prioritas
agar pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, prioritas kebutuhan agar
melibatkan seluruh komponen yang terlibat dalam proses pendidikan, masyarakat
dan bahkan murid.
2. Penetapan tujuan
sebagai garis pengarahan dan sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil
pendidikan.
3. Formulasi prosedur
sebagai tahap-tahap rencana tindakan.
Penyerahan tanggungjawab
kepada individu dan kelompok-kelompok kerja.
D. Perencanaan Program Lembaga Pendidikan Islam
1. Definisi Perencanaan
Perencanaan adalah
sebuah proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan baik dalam bentuk
pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan
hasil yang optimal. Demikian pula halnya dalam pendidikan Islam perencanaan
harus dijadikan langkah pertama yang benar-benar diperhatikan oleh para manajer
dan para pengelola pendidikan Islam. Sebab perencanaan merupakan bagian penting
dari sebuah kesuksesan, kesalahan dalam menentukan perencanaan pendidikan Islam
akan berakibat sangat patal bagi keberlangsungan pendidikan Islam. Bahkan Allah
memberikan arahan kepada setiap orang yang beriman untuk mendesain sebuah
rencana apa yang akan dilakukan dikemudian hari, sebagaimana Firman-Nya dalam
Al Qur’an Surat Al Hasyr Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Perencanaan dari sistem
manajemen lembaga pendidikan Islam merupakan langkah pertama yang harus
benar-benar diperhatikan oleh manajer dan pengelola pendidikan Islam. Sebab,
sistem perencanaan yang meliputi penentuan tujuan, sasaran dan target
pendidikan Islam harus didasarkan pada situasi dan kondisi sumberdaya yang
dimiliki. Dalam menentukan perencanaan perlu diadakan penelitian secara seksama
dan akurat. Kesalahan dalam menentukan perencanaan dalam pendidikan Islam akahn
berakibat fatal bagi kelangsuangn lembaga pendidikan Islam. Perencanaan
tersebut harus tersusun secara rapi, sistematis dan rasional agar muncul
pemahaman yang cukup mendalam terhadap perencanaan itu sendiri.
Ketika menyusun sebuah
perencanaan dalam pendidikan Islam tidaklah dilakukan hanya untuk mencapai
tujuan dunia semata, tapi harus jauh lebih dari itu melampaui batas-batas
target kehidupan duniawi. Arahkanlah perencanaan itu juga untuk mencapai target
kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga kedua-duanya bisa dicapai secara
seimbang.
Perencanaan
didefinisikan dari berbagai macam ragam tergantung sudut pandang mana mereka
melihat serta latar belakang apa yang mkempengaruhi orang tersebut dalam
merumuskan definisi. Beberapa pakar manajemen dan juga lemabaga organisasi
memberikan pandangan atau definisi terhadap manajemen itu diantaranya ialah :
a. Perencanaan tidak
lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta
cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise
E. Boone dan David L. Kurtz (1984) bahwa: planning may be defined as the proses
by which managerset objective, asses the future, and develop course of action
designed to accomplish these objective.
b. T. Hani Handoko
(1995) mengemukakan bahwa : “ Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau
penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek,
program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.”
c. Menurut Prajudi
Atmosudirjo perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang
akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, bilamana, oleh siapa dan
bagaimana.
d. Perencanaan dalam
arti seluas-luasnya menurut Bintoro Tjokro Amidjojo (1977) adalah proses
mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Beberapa definisi
tersebut dapat dianalisis dan ditarik beberapa butir penting yang perlu
dijadikan acuan dalam menyusun rencana. Butir-butir penting itu antara lain :
a. Berhubungan dengan
masa depan;
b. Seperangkat kegiatan
yang dialokasikan;
c. Proses dengan
prosedur yang sitematis; dan
d. Hasil serta tujuan
tertentu yang ditentukan sebelumnya.
Untuk membangun
kerjasama yang baik dan membuat perencanaan yang tepat, maka diperlukan
personel yang berpengalaman dan berpengetahuan dalam bidang perencanaan agar
dapat menentukan dengan tepat apa yang harus dikerjakan. Dalam hal ini,
Banghart dan Trull (1973) menjelaskan bahwa perencanaan dalam sebuah institusi
atau lembaga pendidikan merupakan kegiatan menyeleksi kebutuhan dana, memilih
dan melatih tenaga, dan menilai unjuk kerja organisasi untuk memenuhi tujuan-tujuan
yang telah ditentukan. Dengan denikian, perencanaan adalah proses penentuan
sasaran, alat, tuntutan-tuntutan, taksiran, pos-pos tujuan, pedoman dan
kesepakatan (komitmen) yang menghasilkan program pendidikan dalam pembuatan
keputusan.
2. Arti Penting Sebuah
Perencanaan
Arti penting
perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan,
sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan
seefektif mungkin. T. Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan
bahwa perencanaan:
(a) membantu manajemen
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-erubahan lingkungan;
(b) membantu dalam
kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama;
(c) memungkinkan
manajer memahami keseluruhan gambaran;
(d) membantu penempatan
tanggung jawab lebihtepat;
(e) memberikan cara
pemberian perintah untuk beroperasi;
(f) memudahkan dalam
melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi;
(g) membuat tujuan
lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami;
(h) meminimumkan
pekerjaan yang tidak pasti; dan
(i) menghemat waktu,
usaha dan dana.
LANGKAH-LANGKAH
PERENCANAAN
Karena perencanaan
merupakan salahsatu dan pula paling utama dalam fungsi manajemena alangkah
baiknya sebelum melaksanakan langkah0-langkah perencanaan seorang perencana
(planner) hendaknya memperhatikan dan dapat mengukur rumusan yang biasa dikenal
dengan SWOT (Strength: Kekuatan, Weaknes: Kelemahan, Opportunity:
Peluang/kesempatan, dan Treat: Hambatan). Setelah dapat mengukur segala potensi
yang ada pada sebuah lembaga maka tentunya seroang perencana akan lebih mudah
menjabarkan dan memprediksikan segala sesuatu yang akan terjadi dalam
penyusunan langkah-langkah perencanaan terutama perencanaan dalam fungsi
manajerial lembaga pendidikan Islam dan dapat mempersiapkan berbagai
kemungkinan hambatan dan kendala yang akan dihadapi.
Dalam buku panduan
Gladian Pimpinan Satuan Pramuka Penegak dan Pandega disebutkan bagaimana
langkah-langkah dari sebuah perencanaan, yaitu:
What, adalah upaya
mempertanyakan tujuan dan kegiatan yang akan dilaksanakan;
Why, proses
mempertanyakan kembali mengapa atas What diambil;
When, tindakan
mempertanyakan bilaman diselenggarakannya kegiatan;
Where, tindakan
mempertanyakan dimana tempat penyelenggaraannya kegiatan;
Who, tindakan
mempertanyakan siapa pelaksana/ human resources;
How, tindakan
mempertanyakan kemudian merencanakan dan memutuskan bagaimana metode kerja,
kontrolling, hubungan kerja struktural, biaya, pertanggungjawaban, dan
penilaian.
Sementara itu menurut
Ramayulis (2008:271) mengatakan bahwa dalam Manajemen pendidikan Islam
perencanaan itu meliputi :
1. Penentuan prioritas
agar pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, prioritas kebutuhan agar
melibatkan seluruh komponen yang terlibat dalam proses pendidikan, masyarakat
dan bahkan murid.
2. Penetapan tujuan
sebagai garis pengarahan dan sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil
pendidikan
3. Formulasi prosedur
sebagai tahap-tahap rencana tindakan.
4. Penyerahan tanggung
jawab kepada individu dan kelompok-kelompok kerja.
CIRI-CIRI PERENCANAAN
Dalam hal manajemen
lembaga pendidikan Islam pada semua tingkatan hierarki sampai pada satuan
pendidikan, perencanaan pendidikan harus luwes. Perencanaan itu pun harus mampu
menyesuaikan diri terhadap kebutuhan, memprediksi apa yang mungkin akan terjadi
dimasa mendatangsesuai perkiraan dan analisis yang dilakukan, dapat
dipertanggungjawabkan, dan menjadi penjelas dari tahap-tahap yang dikehendaki
dengan melibatkan sumberdaya pendidikan dalam pembuatan keputusan.
Oleh karena itu perlu
ada indikator untuk menentukan apakah pereb\ncaan itu sesuai dan dianggap
efektif dan efisien, tentu hal ini mempunyai karakteristik dan setidaknya bisa
dijadikan sebagai parameter untuk mengukur keberhasilan dan perencanaan yang
telah dibuat sesuai dengan langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang
dilaksanakan. Ciri-ciri perencanaan yang baik dan dipandang mampu mencapai
tujuan adalah:
a. Harus didasarkan
kepada fakta dan data-data yang jelas dan terbukti kebenarannya.
b. Merupakan suatu
pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran, imajinasi, dan kesanggupan melihat
kedepan.
c. Harus sanggup
mengetahui kemungkinan-kemungkinan kesulitan yang akan muncul dan menyiapkan
jalan keluarnya.
d. Terdiri dari
keputusan-keputusan yang diambil mendahului tindakannya.
e. Bersangkut paut
dengan unsur-unsur perubahan.
KLASIFIKASI PERENCANAAN
Dilihat dari jenisnya,
perencanaan dapat dibagi menjadi beberapa macam, seperti :
a) Top down planning,
yaitu perencanaan yang dibuat ditingkat ataskemudian disampaikan kepada
perencana ditingkat menengah dan ketingkat bawah. Biasanya perencanaan ini
bersifat makro atau nasional.
b) Bottom up planning,
yaitu perencanaan dibuat ditingkat bawah kemudian disampaikan ketingkat yang
lebih tinggi. Biasanya perencanaan yang demikian bersifat mikro.
c) Diagonal horizontal
planning, yaitu dilaksanakan pada waktu penyusunan perencanaan lintas sektoral.
Perencanaan ini biasanya dilakukan oleh top level manajer yang membicarakan
kebijakan-kebijakan makro serta penentuan kebijakan dasar.
d) Rolling plan, yaitu
perencanaan yang menggelinding yang dilakukan untuk perencanaan jangka menengah
atau jangka panjang. Hal ini dilakukan setelah adany pembabakan perencanaan.
Jika tahun pertama sasarannya tidak tercapai, maka akan digelindingkan pada
tahun berikutnya, atau jika terjadi suatu perencanaan lima tahun tidak
tercapai, maka digulirkan pada sasaran lima tahun berikutnya.
Dari uraian di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa dalam Manajeman Pendidikan Islam, perencanaan
merupakan kunci utama untuk menentukan aktivitas berikutnya. Tanpa perencanaan
yang matang aktivitas lainnya tidaklah akan berjalan dengan baik bahkan mungkin
akan gagal. Oleh karena itu seyogyanya kita dapat membuat perencanaan sematang
mungkin agar menemui kesuksesan yang memuaskan. Karena itu, perencanaan
merupakan nadi dari manajemen. Jadi, perencanaan adalah proses pentahapan dan
pemnafaatan sumber-sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang
kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secar efisien dan
efektif dalam mencapai tujuan. Sebagai fungsi manajemen, perencanaan menempati
fungsi pertama diantara fungsi-fungsi manajemen lainnya.
BAB
III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di
atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Bahwa kurikulum adalah landasan yang
digunakan pendidik untuk membimbing peserta didik kearah tujuan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.mental, baik dilakukan di dalam kelas maupun di luar
kelas.
Kurikulum pendidikan islam mempunyai
ciri-ciri tersendiri yang berbeda dengan kurikulum yang lain dan senantiasa
bersifat dinamis, terus mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan
zaman.
Prinsip kurikulum
pendidian Islam Meliputi :
a) Kurikulum pendidikan Islam harus bertautan
dengan agama,termasuk ajaran dan nilainya.
b) Tujuan dan kandungan kurikulum pendidikan
Islam harus menyeluruh (universal).
c) Tujuan dan kandungan kyrikulum pendidikan
Islam harus adanya keseimbangan.
d) Kurikulum pendidikan
Islam harus berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan dan kebutuhan anak didik serta alam lingkungan di
mana anak didik tersebut hidup.
e) Kurikulum pendidikan Islam harus dapat
memelihara perbedaanindividu diantara anak didik dalam bakat, minat, kemampuan
dan kebutuhan mereka.
f) Kurikulum pendidikan
Islam harus mengikuti perkembangan dan perubahan zaman, filsafah, prinsip,
dasar, tujuan dan metode pendidikan islam harus dapat memenuhi tuntutan zaman.
g) Kurikulum pendidikan Islam harus bertautan
dengan pengalaman dan aktifitas anak didik dalam masyarakat.
Filsafat pendidikan Islam berperan sebagai
penentu tujuan umum pendidikan, memberikan arah bagi tercapainya tujuan
pendidikan islam, sehingga kurikulum mengandung nilai-nilai yang diyakini
kebenarannya.
5. Asas –asas kurikulum,meliputi:
Asas Filosofis, Asas
Sosiologis, Asas Organisatoris, Asas Psikologis.
6. Isi Kurikulum Pendidikan Islam meliputi :
Isi kurikulum berdasarkan pada ketuhanan.
Isi kurikulum
berorientasi pada manusia.
Isi kurikulum
berorientasi pada alam.
Dari tahun ke tahun
kurikulum akan terus berubah sesuai dengan perubahan dan perkembangan pemikiran
manusia. Namun bagaimana cara mengatasi perubahan tersebut, hal ini sangat
tergantung kepada kecermatan pengembang kurikulum itu sendiri. Satu hal yang
harus dan mesti diperhatikan adalah bagaimana lembaga pendidikan Islam dapat
mengantisipasi masalah ini, tanpa melupakan esensi ajaran-ajaran agama Islam
itu sendiri. Oleh karena itu, kurikulum merupakan faktor yang sangat penting
dalam proses kependidikan dalam suatu lembaga kependidikan islam. Dengan
demikian, dalam kurikulum tergambar jelas secara berencana bagaimana dan apa
saja yang harus terjadi dalam proses bekajar mengajar yang dilakukan oleh
pendidik dan anak didik
Perencanaan memiliki
peranan yang amat penting dalam pengelolaan sebuah institusi atau lembaga
terutama pada lembaga pendidikan, karena lembaga pendidikan bukanlah
menghailkan barang dan jasa tetapi lembaga penidikan merupakan sebuah pabrik
yang akan memproduksi generasi-generai yang unggul dalam pretasi dan anggun
dalam akhlak, apalagi dengan Lembaga yang berlabelkan Islam sebagai pandangan
dan pedoman dalam membina dan mengembangkan peserta didik.
Manajemen Lembaga
Pendidikan Islam bukanlah hanya salahsatu dari mata kuliah yang harus
dipelajari secara tekstual belaka, akan tetapi adalah untuk direalisasikan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan semoga dengan semangat dan tekad
yang kuat untuk mencari ilmu akan menjadi motivator untuk perubahan terhadap
berbagai problematikan yang terjadi pada lembaga-lembaga pendidikan Islam di
Indonesia. Karena memang seperti yang diungkapakan oleh Aa Gym bahwa gagal
merencanakan samadengan merencanakan gagal, sebelum bertindak dan berproses
hendaklah perlu perencanaan yang matang sehingga dapat menghasilkan sesuatu
yang memuaskan dan sampai pada tujuan yang diharapkan secara maksimal.
Perencanaan ini
meliputi perencanaan strategik yang diukur dari berbagai sudut pandang baik itu
lembaga, lingkungan eksternal, peluang dan sebagainya yang bertujuan mampu
mengelola organisasi atau lembaga pendidikan Islam sesuai target dan mencapai
sasaran. Sedangkan perencanaan operasional merupakan langkah-langkah nyata
dalam pengoperasionalan sebuah lembaga pendidikan Islam.
DAFTAR
PUSTAKA
A-Syaibany, Omar Mohammad Al-Toumy, Falsafah
Pendidikan Islam, (Terj.Hassan Langgulung), (Jakarta: Bulan Bintang, 1984)
Daradjat, Zakiyah, dkk,
Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet.ke-3
Arifin, HM, Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991)
Nasution, S., Asas-asas
Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara,1994), Cet.I
Ramayulis, H., Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), Cet. Ke-5
Arief, Armai, Pengantar
Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet I
Proyek Pembinaan
Perguruan Tinggi Agama/IAIN, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1983)
[1] Omar Mohammad
Al-Toumy A-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Terj.Hassan Langgulung),
(Jakarta: Bulan Bintang, 1984), 478.
[2] Zakiyah Daradjat,
dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet.ke-3, 122.
[3] HM, Arifin, Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), 183.
[4] S.Nasution,
Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara,1994), Cet.I, 5-9.
[5] H. Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), Cet. Ke-5, 152.
[6] Ibid.
[7] Armai Arief,
Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),
Cet I, 33.
[8] Ibid, 34-35.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar